Tuesday, October 29, 2013

Cita-cita! Apakah hanya sebuah cita-cita?



"Akhirnya ACC juga..." aku merasa lega sekaligus malas, karena didepan masih ada tugas yang sama yang harus ditumpas. Inilah kegiatan yang aku tempuh dikampus, nggak bisa lepas dari tugas dan praktikum, juga laporan praktikumnya tentunya. Terkadang aku bingung, kenapa aku harus ngelakuin itu semua? Padahal cita-citaku dan impianku sangatlah bertolak belakang dengan kegiatan yang aku lakukan dikampus. Menjadi seorang "Insinyur"! Ya, dulu memang aku pernah bercita-cita menjadi seorang insinyur, tapi itu dulu banget, waktu itu aku masih TK, dan semuanya berubah seiring berjalannya waktu.

Setelah melalui berbagai pengalaman dan pendidikan cita-citaku bertransformasi menjadi banyak, pernah aku bercita-cita ingin menjadi pelukis, pernah juga aku bercita-cita ingin menjadi dokter, sempat terbersit juga bercita-cita ingin menjadi Kiyai, selepas sekolah dipondok aku bercita-cita ingin menjadi pengusaha, dan aku juga bercita-cita ingin menjadi penulis dan ingin menjadi jurnalis. Itulah aku, banyak keinginan dan selalu ingin menjadi seperti orang yang sudah besar dan terkenal. Jika aku melihat seseorang yang telah sukses, secara tidak langsung hatiku langsung bergumam "Suatu saat nanti aku akan seperti itu". Contohnya ketika aku melihat seorang Jackie Chan aktor laga ternama dari Asia ini memilki popular yang sangat luar biasa, akting dan jurus kungfunya yang sudah tak bisa diragukan lagi menjadikannya sangat terkenal dengan mengkombinasikan di setiap karya-karya filmnya. Melihat itu semua aku ingin sekali suatu saat nanti membuat film action sendiri yang peran utamanya adalah aku sendiri, walaupun aku menyadari akting bukanlah salah satu bakat yang menonjol dalam diriku, tapi aku punya keinginan untuk itu. Begitu juga ketika aku melihat sosok kak Yayan Ruhiyan, dia pernah menjadi guru silatku sewaktu aku masih tinggal dipondok, dan karena kepiawayannya dalam dunia silat, dia pun berhasil sukses memerankan Mad Dog di film The Raid. Ada lagi ketika aku melihat sosok Ippho Santosa, dia adalah salah satu motivator terkenal yang telah mengisi seminar training di seluruh Indonesia juga di belahan dunia yang lain Eropa dan Asia. Dia juga seorang penulis buku motivasi "mega best seller" dan tentu saja ini juga menjadikan aku kagum dan ingin bisa menjadi seperti dia atau bahkan lebih dari itu. Dan ada lagi ketika aku melihat seorang Ahmad Fuadi penulis terkenal novel trilogy "Negeri 5 Menara" ini mampu menyihir aku ingin menjadi seorang penulis terkenal. Dan masih banyak lagi yang pernah aku impikan setelah aku melihat sosok orang yang benar-benar menurutku patut untuk ditiru. Tapi semakin aku banyak menemukan, semakin aku menginginkan semuanya, semakin sulit aku menggapai semua cita-cita itu, mungkin karena aku menjadi tidak fokus dengan apa yang ingin aku lakukan.

Semakin dewasa akupun semakin banyak berfikir, ternyata dari semua cita-cita yang aku inginkan semuanya memilki tujuan yang sama, yaitu ingin menjadi manusia yang memilki banyak manfaat bagi orang banyak. Karena rasul pun pernah bilang, "sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya". Apalagi yang kita cari didunia ini selain amal dan bekal untuk menuju tujuan akhir kita yaitu akhirat. Selain dunia yang harus diperjuangkan, akhirat pun jangan dilupakan.

Masih terlihat jelas dalam benakku, sewaktu kecil aku pernah bilang kepada ibuku bahwa aku ingin sekali menjadi orang besar, orang yang terkenal, orang yang memilki banyak manfaat. Waktu itu umurku kira-kira masih sekitar 5 tahun. "Bu.. Gilang kalo udah gede, Gilang mau jadi orang yang terkenal, Gilang juga mau jadi orang yang bermanfaat" begitulah kalimat yang aku keluarkan ketika ibuku bertanya mengenai cita-citaku. Ibuku hanya titip pesan "Iya gak papa jadi orang yang bermanfaat, asal jangan sampe dimanfaatin orang juga yah..." sambil mengembangkan senyumnya.

Bercerita mengenai ibu, aku sangat dekat sekali dengan ibu. Ibulah manusia nomor satu yang ada dalam hatiku, ibulah yang selalu memberikan semangat dalam hidupku ketika aku jatuh, ibulah yang telah mendidikku dari kecil sampai saat ini, ibulah yang telah memberikan nasehat-nasehat pengalaman yang sangat bermanfaat bagi kehidupanku, ibulah yang selalu mengerti dengan keadaanku, ibulah yang mengajarkanku agar selalu berani ketika aku benar dan jangan sekali-kali berani ketika aku salah, ibu pulalah yang membuat aku menjadi betah tinggal dan belajar di pesantren, dan masih banyak lagi manfaat dan jasa yang telah diberikan olehnya dengan penuh kasih sayang dan keikhlasan. Aku sayang ibu, semoga Allah senantiasa melindungi dan menyayangi ibu. Amiin.

Ibu dan cita-cita, apa hubungannya? Dalam hidupku ibu dan cita-cita sangatlah erat hubungannya, cita-citaku adalah cita-cita ibuku. Aku mau tinggal dipondok itu semua karena ibuku (orangtua), ibukulah yang menyuruhku untuk belajar dipondok. Awalnya aku menolak, tapi setelah ibuku memberikan alasannya menyuruhku belajar dipondok, aku pun tidak punya alasan untuk berkata tidak, dan dari sini pula aku bertekad bahwa aku akan selalu memberikan yang terbaik bagi kedua orangtuaku. Aku tidak ingin mengecewakan keduanya.

Aku masih ingat, waktu itu ibuku bilang "A.. ibu nyuruh Gilang belajar di pesantren biar Gilang  ngerti ilmu agama, sama ngerti ilmu umum juga, biar dua-duanya ilmu dunia sama akhiratnya bisa dapet. Sama satu lagi biar Gilang bisa ngajarin ibu sama bapak ilmu agama juga, ibu juga kalo ada kesempatan pengen belajar lagi disini, tapi kamu tau sendiri ibu kan udah tua, jadi kamu yang bisa ngelanjutin cita-cita ibu". seperti biasa, dari bibirnya terkembang senyum yang tak pernah akan aku lupakan.

Setelah mendengar penuturan ibuku aku pun langsung luluh dan langsung merubah niatku, yang tadinya aku hanya berniat setelah lulus Sekolah Dasar aku ingin masuk sekolah SMP favorit yang ada didaerahku, sekarang aku berniat belajar dipondok pesantren sampe lulus, dan menggali ilmu agama sebanyak-banyaknya serta membagikannya kepada umat, dan tentunya untuk kedua orangtuaku juga, itulah alasan utama aku belajar dipesantren.

Setelah masuk pesantren, cita-citaku pun menjadi semakin bercabang dan menjadi semakin banyak. Banyak hal yang bermanfaat yang bisa aku dapat didunia pesantren, tidak sedikitpun aku menyesal, yang ada malah aku banyak-banyak bersyukur Tuhan telah memberikan aku kehidupan dipesantren. Banyak pula pengalaman dan perubahan yang pesat dalam diriku setelah tinggal dipesantren. Aku menjadi semakin optimis dalam menjalani hidup, aku menjadi tau kemana aku harus melangkah dan aku menjadi tau apa tujuan aku hidup didunia, dan aku merasa kesuksesan tidaklah jauh dari diriku.

Sampai akhirnya aku berhasil melewati masa-masa dipesantren dan lulus dengan predikat "jayyid jiddan". Sekarang gua menjadi mahasiswa nyasar yang masuk ke jurusan teknik sipil, yang sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan dunia kepesantrenan. Disinilah awal kisahku dimulai, awal kisah keluh kesah mahasiswa salah jurusan.

No comments:

Post a Comment