Sunday, November 3, 2013

Cita-Cita dan Kehidupan!

Hidup itu adalah sebuah proses pertumbuhan...
Dalam kehidupan aku mengalami banyak kejadian. Seperti memilki ibu yang sayang banget sama anak-anaknya, mempunyai lingkungan alam yang indah, memilki teman-teman yang baik, memilki rumah yang nyaman, memilki guru-guru yang sangat inspiratif, dan masih banyak lagi yang mendukung aku untuk bisa hidup lebih maju. Menurutku hidup itu adalah sebuah proses pertumbuhan untuk menjadi lebih dewasa dan menjadi lebih baik.
Waktu kecil aku pernah punya keinginan untuk bisa menjadi orang yang soleh, baik dan jujur. Karena begitulah ibuku mengajarkan kepada setiap anak-anaknya. "Gilang.. kamu harus jadi anak yang soleh dan jadi anak yang baik, jangan nakal dan jangan suka berbohong, Allah nggak suka sama hambanya yang suka berbohong...". Dan aku pun berusaha untuk menjadi yang terbaik dikehidupanku, aku berusaha untuk menjadi anak yang patuh sama orangtua, aku berusaha untuk membantu orangtua dirumah, dan aku berusaha untuk tidak berbohong kalo aku sering bolos dari pelajaran sekolah agama, hanya karena ingin bermain di muara dengan teman-temanku. Begitulah keinginan dan cita-cita yang aku gantungkan sewaktu kecil, hanya sekadar menjadi yang terbaik dari yang terbaik pada diri sendiri.

Setelah masuk TK, keinginanku menjadi meningkat sedikit, di TK aku mempunyai banyak teman, dan tentu saja aku ingin menjadi yang terbaik dari teman-temanku, maka aku gantungkan cita-cita dan keingananku bahwa aku akan menjadi murid TK yang terbaik. Aku ingin membanggakan guru TK-ku bukan hanya sekedar orangtuaku. Bicara tentang Sekolah TK, aku pernah punya kejadian lucu. Waktu itu pas jam istirahat di sekolah TK-ku, aku dan temanku Anshor sedang asik bermain dihalaman depan, aku dan temanku tidak tahu kalo ternyata jam istirahat sudah habis dari tadi, kami tidak menyadari itu. Kami sadar setelah kami melihat kesekeliling kami, "ko kayanya sepi amat pada kemana ini?" Dan ternyata benar, pintu kelas kami sudah ditutup dan kami pun tidak bisa masuk. Aku dan Anshor mulai panik, bagaimana ini? Masuk dari pintu depan nggak bisa dan kelas sudah dimulai, walau pun pintu bisa dibuka, kami nggak mau membuka pintu dan masuk begitu saja, karena pasti akan ditanya didepan kelas dan disaksikan banyak teman-teman, kami terlalu malu untuk dijadikan bahan tertawaan anak-anak, selain itu sepertinya kami sudah tertinggal terlalu jauh, terpaksa kami pun berpikir keras waktu itu. Sampai akhirnya aku menemukan ide, ting!. "Gimana kalo kita lewat belakang aja shor, terus pura-pura kalo tadi kita abis dari kamar mandi...". Ujarku pada Anshor memberikan usul. "Tapi pintu belakang kan dipager lang, udah gitu pagernya tinggi lagi!" Sambil malas dia menjawab usulku. "Iya juga sih... Trus gimana? Mau disini aja sampe nanti pulang? kalo aku mendingan manjat deh dari pada nanti ketauan kalo disini terus..." Aku sedikit memaksa Anshor, karena aku percaya banget kalo rencanaku ini pasti bakalan berhasil. "Yaudah aku ikut deh..!" Dengan terpaksa Anshor mengikutiku dari belakang.

Setelah sampe dibelakang, seperti yang dikatakan Anshor ternyata pager besi ini benar-benar terlihat tinggi sekarang. Pertama-tama aku mencoba untuk menerobos pager, aku bergaya seperti Jackie Chan ketika ingin menerobos pager besi, aku sering melihat aksi ini di TV, pertama aku memasukan kaki kesela-sela pager, kemudian tangan kananku menyusul kedalam, dan ketika aku hendak memasukan kepala dan badanku, ternyata pagar ini terlalu sempit untuk aku terobos, aku tidak berhasil masuk malah tersangkut didalamnya. Terpaksa aku minta bantuan Anshor untuk menarikku keluar. Untung aku masih bisa keluar dan tidak tersangkut berkelanjutan, kalo saja tersangkut terus, aku nggak bisa ngebayangin gimana malunya aku sampai bisa kesangkut dipager, sementara teman-teman yang lain keluar dari kelas dan menertawakan aku.

Aku mencoba untuk memanjat duluan, tapi niat itu aku urungkan, mengingat tadi aku udah duluan mau nerobos pager malah nyangkut. Akhirnya aku suruh Anshor untuk duluan memanjat. "Shor kamu duluan deh yang manjat, nanti aku bantuin dari bawah...". Anshor menurut, akhirnya aku bantuin dia untuk manjat dan setelah bersusah payah selama beberapa menit, akhirnya Anshor berhasil masuk kedalam. "Yes..! Akhirnya berhasil..!!" Kami berteriak sambil berbisik. Dan setelah itu aku baru sadar, sekarang tinggal aku yang masih diluar?
"Shor tunggu aku, aku masih diluar nih...!" Aku berteriak sedikit berbisik pada Anshor. Tapi aku tetap tenang karena aku sudah biasa dalam hal manjat-memanjat. Biar manjatnya gampang aku lepas sepatu aku dan aku lemparkan kedalam lewat atas pagar. Lemparan pertama berhasil masuk dan ditangkap oleh Anshor, dan dilemparan kedua aku kurang beruntung, karena sepatuku nyangkut digenteng sekolah. "Huaaaaaa....!!!" Aku berteriak dalam hati.

Tanpa pikir panjang aku langsung memanjat pagar dan Alhamdulillah berhasil masuk kedalam, sekarang satu kendalanya, sepatuku masih nyangkut diatas genteng, dengan terpaksa aku masuk kekelas tanpa menggunakan sepatu dan menceritakan semuanya pada guruku.Tidak aku sangka, bukannya dimarahi malah ibu guruku membantuku mengambilkan sepatuku yang nyangkut. Tapi semuanya sudah berlalu begitu saja, ada satu pelajaran yang aku dapat dari kejadian ini, ternyata jujur dan berani mengakui kesalahan itu lebih baik dari pada harus berlari dari masalah. Karena hasilnya akan sama saja.

Beralih ke keinginan (cita-cita) kembali, setelah tamat dari TK akhirnya aku beranjak pindah sekolah ke SD, di SD aku kenal lebih banyak teman, bukan hanya teman dari satu kelasku, tapi juga ada teman dari beberapa kelas diatas ku. Di SD keinginanku beralih, aku mempunyai target ingin menjadi juara kelas. Singkat cerita aku nggak berhasil mendapatkannya dan aku ngambek berat sama ibu-ku.

Setelah masuk SMP... To be continued.


No comments:

Post a Comment