Mahasiswa penuh tekanan |
Dari awal masuk kuliah
dan mengenyam bangku kuliah, belajar dengan beberapa mata kuliah yang
disajikan, sebenarnya gue udah sadar bahwa jurusan ini sebenarnya gak pas buat
gue. Tapi gue terlanjur meyakinkan diri gue untuk sabar dan merasa kalo gue
mampu kalo gue mau. Tapi pada kenyataannya gue sangat merasa tertekan
menjalaninya, gue sama sekali gak menikmati proses belajar mengajar yang ada di
dalamnya. Gue sama sekali gak punya motivasi untuk bisa, gue sama sekali gak
punya keinginan untuk bisa, dan gue sama sekali gak punya daya tarik dengan apa
yang gue pelajari dijurusan gue ini. Sama sekali gak ada.
Dan itulah yang menjadi
problem utama gue di kuliah. Dalam pikiran gue: “Ngapain gue harus belajar semua ini? Sedangkan cita-cita gue kan bukan
mau jadi insinyur dan jadi pembangun gedung! Masih mending kalo mata kuliah
yang ada gak berbau hitungan, nah ini! Hampir semua mata kuliah di jurusan gue ada hitungannya.
Gimana gak bĂȘte hidup gue!"
Sekedar info,
sebenarnya gue adalah lulusan pondok pesantren. Bermula dari sinilah gue hidup,
gue juga bisa tau tujuan hidup gue, gue bisa tau ilmu tentang kehidupan, gue bisa
tau mana yang salah dan mana yang benar sesuai dengan agama yang gue anut dan gue bisa
menjadi lebih dewasa dan bijak juga bermula dari hidup gue dipondok, bukan
hanya itu pondok jugalah yang udah berhasil membuka pikiran gue untuk bisa
berpikir global. Dan dari sini pula gue diajarkan bahwa hidup itu bukanlah
sebuah keterpaksaan, kita bebas memilih hidup kita sesuai dengan minat dan
bakat kita, selagi itu tidak melanggar norma Agama dan Negara.
Gue punya pikiran kalo sesuatu yang dipaksakan itu tidak baik. Kita boleh punya tekad kuat meraih mimpi, keras kepala mengejar impian, melebihkan usaha diatas rata-rata orang lain demi sebuah tujuan, dan bersungguh-sungguh menggapai cita-cita, coba lihat dari kata-kata yang barusan, semuanya bertujuan kepada puncak kesuksesan (impian), yang namanya impian itu sebuah hal yang disenangi seseorang yang ingin menggapainya atau tidak? tentu saja itu adalah hal yang disenangi dan digemarinya lebih dari apapun, makanya dia berani bermimpi karena cinta, karena senang, karena gemar dengan impiannya itu.
Berbeda dengan gue yang terjebak dijurusan yang sama sekali gue gak tertarik untuk bisa mendalami salah satu ilmunya, walaupun gue sadar ilmu yang ada disini sangatlah bergengsi didunia kerja nanti, tapi bukan itu yang gue tuju, bukan itu yang gue mau.
Awal mula gue masuk
pondok, sama halnya dengan gue belajar di bangku kuliah saat ini, awalnya merasa
terpaksa dan merasa takut, apakah gue
bisa hidup dipondok dan mengikuti pelajaran yang ada didalamnya? Sementara dulu
pas gue masih SD sama sekali gue gak seneng sama pelajaran yang berbau bahasa
arab! Malahan gue sempet sekolah agama pun, gak sampe lulus saking gak
betahnya belajar di sekolah agama yang hanya mengandalkan hapalan dan ribet dengan bahasa asing (arab).
Tapi sangat tidak disangka-sangka setelah gue coba tekuni dan coba ague resapi
pelajaran-pelajaran pondok yang berbau bahasa arab ini, lama kelamaan daya tarik
terhadap pelajaran pondok pun muncul begitu saja. Gue malah jadi suka sama
pelajaran pondok, gue malah ketagihan untuk belajar bahasa arab, gue malah jadi
penasaran dan pengen tau lebih banyak dengan ilmu yang gue pelajarin di pondok.
Dan itulah yang gue gak punya dibangku kuliah. Awalnya gue kira nanti bakalan
muncul hal yang serupa ketika gue udah semakin lama dan semakin dalam belajar
ilmu tentang teknik sipil yang lebih banyak ngitungnya ini. Tapi pada kenyataanya gue
malah semakin loser, gue semakin lemah dan gue semakin kalah. Gue malah punya
daya tarik untuk mempelajari ilmu di bidang lain seperti ilmu perfilman dan
ilmu menulis. Ya, gue tau kedua ilmu itu memang terlihat hanya sekedar ilmu
saja, apa bedanya dengan teknik sipil yang nanti kalo udah lulus dan bisa kerja, gajinya pun menjanjikan. Ingin tau bedanya? Tentu perbedaannya terletak di kepuasan batin. Itu.
Bukan masalah
pekerjaannya apa? Tapi masalah yang dikerjakan itu sesuai atau tidak dengan
minat yang kita inginkan? Jika tidak? Mau sampai kapan kita terjebak didunia
orang lain? Jelas itu akan sangat menggangu kita, hidup dalam dunia orang lain
sama saja anda mengurung diri anda sendiri, anda memenjarakan jiwa dan raga
anda sendiri, sama saja anda mati dalam jasad yang masih hidup. Dan itulah yang
sedang gue rasain saat ini, seorang mahasiswa bodoh yang malang yang terkurung
dalam penjara kuliah yang mengekang kreasi dan ekspresi gue.
Pernah gue punya
pikiran untuk pindah jurusan sebelum gue terlanjur gila hidup disini. Tapi
kenyataan berkata lain, udah gue coba pindah jurusan tapi jurusan yang gue tuju
sama sekali gak respon sama gue, sampe akhirnya gue menyerah dan mengurungkan
diri untuk pindah. Gue malah memilih untuk mnganiaya diri gue sendiri didunia
orang lain ini (jurusan gue saat ini). Gue tidak lain dan tidak bukan hanya seperti burung yang terkurung
didalam sangkar yang tergantung di atas tebing. Sakit. Apalagi menyaksikan
burung-burung lain yang terbang sembarangan sambil iseng mengulurkan lidah ke gue,
mengejek.
Keinginan gue, hobi gue
sebenarnya gak muluk-muluk dan gak banyak, gue cuma pengen bisa menulis, gue
pengen bisa bikin film, gue pengen bisa jadi motivator, dan gue juga pengen bisa jadi pengusaha, udah itu aja. Hanya
terkadang keinginan gue ini terhambat dengan banyaknya tugas kuliah yang sama
sekali gue gak ngerti dan hanya bisa bikin kedua alis gue mengkerut pening.
Disisi lain gue harus patuh sama orangtua yang udah ngebiayain gue kuliah, masa
iya gue mau lepas gitu aja kuliah gue, kasian dong orang tua gue udah susah
payah cari uang pengen anaknya bisa lulus kuliah dan mendapatkan gelar sarjana kaya anak-anak orang
lain. Sebagai anak yang baik gue gak mau ngecewain kedua orangtua gue. Disisi
lain gue sangat terkekang dan terpaksa menjalani kuliah ini, gue sangat gak
enjoy, gue sangat tertekan, dan gue sangat benci dengan rutinitas seperti ini
yang menurut gue malah hanya akan buang-buang waktu aja, gue galau, gue
stress, dan gue k**pret.
Andai aja gue bisa
memilih untuk keluar dari kuliah ini tanpa memperdulikan orangtua, gue bakalan
keluar dan gue bakalan cari ilmu yang sesuai dengan passion dan keinginan gue,
karena itulah yang akan membuat hidup gue lebih nyaman dan juga bermanfaat.
Bukan kaya gini, belajar terpaksa dan setiap ujian hanya bisa nyontek temen.
Ilmu apa yang bisa gue dapet di kuliah ini? Apa cuma ilmu menahan tekanan?
Udah sangat lama
sekali, udah sangat sabar sekali gue menunggu untuk terbebas dari kekangan,
tapi pada akhirnya gue terjebak dalam situasi yang semakin parah.
Saran gue untuk lo
semua yang lagi pada mencari jati diri! Jangan pernah ikutin apa kata orang!
Ikutin naluri diri lo, ikutin mimpi-mimpi lo! Kejar dan terus berusahalah,
karena dengan menjadi diri sendiri lo akan menjadi lebih hidup dan bisan
menjadi benar-benar hidup dibandingkan lo hidup dikehidupan orang lain. Do what
you love and love what you do! That.
NB: *Sebuah keluhan hati seorang mahasiswa bodoh yang terkekang.
Harus menentukan cita cita dari sekarang nih, biar nasbinya ngga seperti postingan di atas haha
ReplyDeleteNah bener banget, cita-cita, tujuan hidup, visi hidup harus disiapkan dengan baik agar tidak terjadi penyesalan nanti. Terima kasih Auliza sudah mau mampir dan baca, salam kenal yoo! :D
Deletemasalahnya ada di ridho orangtua nih Kak.. pikiranku tertaut disitu,, kalau aku tetep sama pilihanku, khawatirnya nggak bakal sukses, malah ngecewain orangtua.
ReplyDeleteDan pada akhirnya nasibku kayak Kakak, salah jurusan dan harus tertekan dengan mata kuliah apalah itu yang sama sekali aku nggak ngerti -_-