Tuesday, December 10, 2013

Jogja Asian Festival Film (JAFF) #Part 1

Masih terlihat jelas di benak saya langit sore Malioboro yang sangat indah, ditambah panorama lampu-lampu taman yang antik dan pejalan kaki yang lalu-lalang di pinggiran jalan. Langit sore ini semakin cantik ketika langit mulai menguning dibawah kontras dengan kemilau lampu jalan yang berjejer rapih dibahu jalan. Senja mulai tiba. "Akhirnya kita bertemu lagi Jogja..." Sambil tersenyum saya bergumam dalam hati.
Ka Darwin (kiri) dan Saya (kanan)
Sabtu, 30 November 2013 lalu saya berangkat ke Jogja bersama Ka Darwin dan Bang Satriyo mewakili "Kremov Pictures" untuk mengikuti acara "Jogja Asian Festifal Film" atau seringkali biasa disebut "JAFF". Senang rasanya, akhirnya saya bisa berangkat ke Jogja juga setelah mengalami kebimbangan dan berbagai halangan di kampus, kini semuanya sudah beres saya urus. Saya bisa berangkat ke Jogja dengan tenang. Pagi-pagi sekali saya sudah terbangun untuk bersiap-siap berangkat ke Jogja, kami memutuskan untuk berangkat ke Jogja dengan menggunakan Kereta. Selain harganya lebih murah, pengen ngerasain juga sih gimana rasanya naik Kereta. Hehehe
Ka Darwin dan Saya Sarapan sekaligus Makan Siang di Kereta
Terakhir kali saya naik Kereta yaitu ketika umur saya masih satu tahun. Ini juga sih yang menjadikan alasan saya kenapa memilih untuk naik Kereta. Ditambah sekarang kan lagi buming-bumingnya lagu dangdut kereta malam. Hehehe
Setelah masuk dan kereta berjalan, kami langsung kontan dan spontan menyanyikan lagu dangdut yang lagi Hits itu. "Jugijagijugijagijug... kereta berangkat, Jugijagijugijagijug... kereta berjalan, dari Jakarta ke Jogjakarta..." Sambil joget ala ibu-ibu, cuci-cuci jemur-jemur. Hahaha... tentu saja itu cuma guyonan.

Hampir lima belas jam kami diperjalanan, akhirnya Kereta kami pun berhenti di Stasiun Lempuyangan Yogyakarta, Stasiun tujuan kami. "Jogja I'm coming..." Ucap saya dalam hati. Tidak tinggal diam kami langsung memesan tempat penginapan terdekat untuk beristirahat. Malam ini kami harus menginap di Penginapan dengan subsidi sendiri karena acara JAFF baru mulai pada esok hari.
Depan Penginapan Aji Guest House Jogja
Setibanya di Penginapan kami langsung bergegas pergi ke Malioboro untuk sekedar jalan-jalan dan mencari makanan, untungnya tempat penginapan kami tidak begitu jauh dari jalan Malioboro. Disini kami langsung memesan salah satu makanan yang katanya makanan khas Jogja yaitu Gudeg Jogja. Jogja ini bukan hanya terkenal dengan pasar Malioboronya tempat hunting segala macem oleh-oleh, pernak-pernik, batik, kaos-kaos, sampe bakpia, tapi Jogja juga terkenal dengan kulinernya yang laziizz! Disana kita bisa mendapatkan makanan seperti Gudeg, Nasi Kucing, Angkringan, Oseng-oseng Mercon, Lesehan, sampe Kopi Jos. Mereka inilah yang menambahkan suasana Jogja menjadi semakin istimewa.
Makan Gudeg ayam di Lesehan pinggir jalan Malioboro
Saya dan Ka Darwin di pinggir Jalan Malioboro
Malam telah larut kami memutuskan untuk kembali ke penginapan untuk beristirahat dan menunggu hari esok.

Senin, 2 November 2013. Kami berpindah tempat ke EDU Hostel, disinilah kami para Komunitas Film se-Indonesia dikumpulkan. Disini kami bisa saling sharing, berbagi pengalaman, dan mengenal banyak teman dari berbagai daerah. Saya merasa sangat beruntung bisa mengikuti acara festival ini. Saya jadi ingat dulu ketika saya masih duduk di bangku kelas 3 SMP. Saya pernah mengikuti Jambore Pramuka se-Asean. Gak nyangka kejadian yang hampir serupa dengan itu akan terulang lagi pada saya. Disinilah saya baru sadar, bahwa memilki mimpi, visi, tujuan, itu bukan hanya sekedar dimilki, tapi kita harus merealisasikan mimpi itu. Dengan cara seperti apa?
Saya punya tips cara menggapai mimpi dengan cepat. Pertama bayangkan, khayalkan, mimpikan, mimpi apa yang ingin kita wujudkan. Raba mimpi itu dalam khayalan kita, rasakan dan resapi mimpi itu dengan halus dan perlahan sampai masuk kedalam jiwa kita, ulangi secara terus menerus. Bisa dilakukan sebelum tidur dimalam hari. Karena dalam keadaan sebelum tidur inilah otak kita sedang dalam posisi alfa. Kedua, tulis mimpi-mimpi kita dalam bentuk apapun. Bisa tulis dikertas (buku diary), menulis di blog, menulis di handphone, atau menulis dimana saja sesuka hati kita. Usahakan tulisan yang kita tulis kalimatnya jelas, apa mimpi yang ingin kita capai? Kapan mimpi itu akan terealisasikan? Dengan cara apa kita melakukannya? Usakan pula ketika menulis setiap kata dibarengi dengan hati dan diresapi sampai masuk ke jiwa kita. Ketiga, cari apa manfaat mimpi kita untuk orang lain. Karena itulah yang menjadi salah satu tujuan mimpi kita harus bermanfaat bagi umat. Jika ingin mengalami percepatan. Keempat, beri tahu teman dekat kita tentang mimpi-mimpi kita yang ingin kita capai. Jangan malu dan jangan merasa takut sombong. Percaya diri saja, karena ketika kita memberi tahu teman kita tentang mimpi-mimpi kita, secara tidak langsung akan ada do'a didalamnya untuk kita. Jika ditertawakan? Berarti itu efek yang baik! Pertanda bahwa kita memilki mimpi yang besar, orang yang memiliki mimpi yang besar, dia pasti percaya bahwa Tuhanya memang benar Maha Besar, begitu pula sebaliknya.Terlebih utama kita harus memberi tahu Orangtua kita dan minta do'a-nya, do'a orangtua itu sangatlah melangit dan diijabah sama Tuhan. Kelima, perhatikan amal yang kita lakukan setiap harinya, sholatnya, sedekahnya, usahanya, harus terjaga. Karena inilah yang akan mengantarkan kita untuk terealisasinya mimpi yang kita miliki. Keenam, sabar. Tuhan akan memberikan apa yang kita inginkan secara tiba-tiba dan dengan cara yang tidak disangka-sangka. Itulah 6 Tips Merangkul Mimpi ala Gilang Romadhon. Hehehe
Dan saya telah membuktikannya.
Saya dan Ka Darwin di Pinggiran Jalan dekat Monumen 1 Maret Jogja
Lanjut ke cerita yang tadi terputus oleh iklan, saya dan teman-teman Kremov dipercaya untuk persentasi tentang Komunitas Film yang kami dirikan pada hari Jum'at pagi di Taman Budaya Yogyakarta. Jadi kami agak nyantai dan relaks walau sedikit gugup. Kami akhirnya memutuskan diantara hari-hari sebelumnya untuk berkunjung dan melihat-lihat lebih dekat budaya dan adat yang ada di Daerah Istemewa Jogja ini. Sengaja kami list satu-persatu tempat mana sajakah yang ingin kami kunjungi. Kami berencana untuk berkunjung ke Keraton, Tugu Jogja, Candi Prambanan, Benteng Vredeburg, Malioboro, Monumen 1 Maret Yogyakarta, dan masih banyak lagi. Dari semua yang telah kami list, hampir semuanya kami bisa kunjungi. Itulah kekuatan mencatat dan meresapi keinginan Hehehe
Saya, Ka Darwin dan Film Ki Wasyid di depan Taman Budaya Yogyakarta
Disamping itu semua kami jika memilki agenda nonton bareng di Taman Budaya Yogyakarta (TBY) atau di Empire XXI Yogyakarta setiap harinya. Kami bisa meonton film-film terkenal dari negara-negara lain se-Asia. Ada film dari India, Jepang, Korea, Iran, Singapore, Malaysia, dan negara lainnya. Ada satu Film yang sangat amat ingin kami tonton yaitu "Film Soekarno". Film yang disutradarai oleh Hanung Brahmantyo ini akan diputar perdana di JAFF. Tentu saja sebuah kehormatan besar bagi kami jika kami boleh menonton film ini. "Kalian boleh menonton semua film yang ada di jadwal agenda JAFF...". Jelas Mas Fauzi selaku panitia dalam bidang Komunitas. "Berarti boleh nonton Film Soekarno dong mas?". Dengan mata berbinar saya bertanya pada Mas Fauzi. "Kalo yang itu nanti saya kabari lagi hehehe.. boleh atau tidaknya tergantung nanti mas!". Dengan logat Jembernya yang sangat kental Mas Fauzi menjelaskan. "Yaah...!" Serentak kami pun lemas mendengar penjelasan itu. Tapi kami tetap mencatat dan memasukan "Film Soekarno" ke dalam list agenda kami.
Bang Satriyo, Dika (Binus),
Tetsuaki Matsue (Sutradara Film Flashback Memories 3D Jepang) dan Ka Darwin Mahesa
Kami yakin. Bayangkan dulu, catat dan berdo'a pasti jika Tuhan mengijinkan semua keinginan kita akan terkabul. Tuhan kan Maha Mendengar, Maha Pengasih pula. Bersambung...

No comments:

Post a Comment